Kayu jati sebagai bahan paling Utama pembuatan meubel dan Furniture di Jepara.
Kerajinan Usaha Di Jepara
Meubel Furniture Jepara
Kamis, 18 Februari 2016
Rabu, 19 Agustus 2015
Patung Macan Kurung dan Sejarahnya
Macan Kurung adalah sebuah karya seni ukir khas Jepara yang berkembang sejak zaman RA Kartini dan mengalami kejayaan selama kurang lebih satu abad sesudahnya. Macan kurung muncul di tengah-tengah sistem pemerintahan kolonial dan adat-istiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin ukir atas tekanan hidup yang dirasakan saat itu.
Karya seni itu berbentuk seekor macan yang hidup di dalam sebuah kurungan. Di dalam kurungan terdapat pula bola yang dapat menggelinding dan rantai pengikat macan. Bagian atas kurungan sering diberi berbagai hiasan berbentuk binatang, seperti burung, naga, ular, dan sebagainya.
Karya itu mempunyai keunikan tersendiri dari teknik pembuatannya. Ukiran ini dibuat pada segelondong kayu utuh tanpa dibelah dan tanpa sambungan. Karena keunikan-keunikan inilah macan kurung pernah menjadi primadona pada masa sebelum booming industri mebel ukir Jepara.
Disebut macan kurung Belakanggunung karena karya seni ini lahir dari tangan terampil seniman ukir masyarakat Dukuh Belakanggunung Desa Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
Belakanggunung merupakan salah satu wilayah yang sangat bersejarah dan paling fenomenal dalam ranah pertumbuhan kerajinan ukir kayu di kabupaten itu. Sebuah mitos keajaiban pahat pusaka dan sejarah perkembangan ukiran Jepara tidak lepas dari dukuh tersebut.
Kegiatan mengukir itu terus tumbuh dan berkembang sampai sekarang sehingga menjadi pilar utama terciptanya kesejahteraan masyarakat setempat. Seni ukir macan kurung Belakanggunung juga menjadi salah satu embrio bagi tumbuhnya sentra seni ukir patung Mulyoharjo yang juga menjadi primadona Kabupaten Jepara.
Namun ketika Belakanggunung telah mengalami kejayaan sebagai sentra seni ukir patung, justru keberadaan macan kurung dewasa ini makin tergeser oleh produk-produk baru. Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami adalah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkannya.
Tidak diproduksinya macan kurung oleh perajin sekarang bukan karena kerumitan atau kesulitan teknis pembuatannya. Keahlian serta kreativitas perajin muda sekarang dalam membuat ukiran bahkan sering kali lebih hebat dari pendahulunya. Alasan pasarlah yang menjadi faktor utama. Perajin tidak berani membuat stok macan kurung karena rendahnya minat pembeli asing dan daya beli konsumen lokal.
Hak Cipta Dewasa ini macan kurung sudah tidak lagi menjadi primadona, namun geliat pengusungan macan kurung masih sangat terasa. Geliat tersebut nampak dalam berbagai momentum terutama yang dilakuan oleh para seniman, Pemerintah Kabupaten Jepara, media masa, dan publik Jepara.
Sesekali masih ada perajin yang membuat macan kurung walaupun tidak jelas apakah ukiran itu akan terjual atau tidak. Motivasinya bermacam-macam: ada yang mencoba menarik perhatian barang kali ada yang terpikat membeli; sekadar mengoleksi untuk apresiasi bagi pengunjung; ada pula perajin yang bernostalgia dengan kesibukan membuat karya seni itu seperti pada masa kejayaannya dulu.
Strategi kreatif juga masih terus dilakukan perajin. Salah satunya dengan cara mengemas macan kurung menjadi suvenir replika yang lebih simpel dari segi ukuran, bentuk, maupun teknik pembuatannya. Perajin menyederhanakan teknik pembuatan untuk keperluan tertentu, tanpa berbenturan dengan nilai-nilai yang harus dilestarikan. Cara ini diharapkan dapat memperkenalkan kembali macan kurung sebagai ukiran khas yang menginspirasi.
Komunitas seni peran termasuk bagian yang terinspirasi oleh macan kurung. Sebuah kelompok teater bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya sempat mengusung macan kurung sebagai lakon dalam sebuah pementasan kolosal di Jepara,Semarang, dan Jakarta.
Selain itu Pemerintah Kabupaten Jepara tiada henti berupaya melekatkan di hati masyarakat melalui berbagai kegiatan. Seperti yang dilakukan dalam beberapa kali pameran di dalam dan di luar negeri. Pemerintah mencoba menampilkan ukiran macan kurung sekaligus mendemonstrasikan proses pembuatannya.
Upaya hukum dilakukan pada tahun 2008 dengan mendaftarkan bersama dengan puluhan desain ukiran khas Jepara lainnya kepada Dirjen HKI untuk mendapatkan perlindungan hukum atas aset budaya Jepara. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap macan kurung maka diharapkan tidak akan terjadi lagi klaim hak cipta dari pihak asing.
Selain itu Pemerintah Kabupaten Jepara tiada henti berupaya melekatkan di hati masyarakat melalui berbagai kegiatan. Seperti yang dilakukan dalam beberapa kali pameran di dalam dan di luar negeri. Pemerintah mencoba menampilkan ukiran macan kurung sekaligus mendemonstrasikan proses pembuatannya.
Upaya hukum dilakukan pada tahun 2008 dengan mendaftarkan bersama dengan puluhan desain ukiran khas Jepara lainnya kepada Dirjen HKI untuk mendapatkan perlindungan hukum atas aset budaya Jepara. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap macan kurung maka diharapkan tidak akan terjadi lagi klaim hak cipta dari pihak asing.
Dibalik keindahanya,sayang sekali sekarang sedikit yang mau belajar seni ukir macan kurung ini.Berharap Ada Generasi Baru yang Berminat Buat Patung,patung Macan Kurung asli buatan Jepara sampai saat ini masih banyak diminati kalangan masyarakat. Baik orang Jepara maupun luar Jepara. Bahkan macan kurung tersebut menjadi kebanggan Pemkab Jepara dengan dijadikan simbol batas wilayah antara Kabupaten Kudus dan Jepara. Atau hanya dijadikan souvenir setiap tamu kenegaraan atau pemerintah daerah yang berkunjung ke Jepara. Namun tahukah kita, bahwa pembuat Macan Kurung saat ini hanya tinggal dua orang?
--------------------------------------
Ketika Radar Kudus berkunjung ke Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, tampak sisi kanan dan kiri jalan masuk desa banyak pengrajin patung. Mulai dari patung yang berukuran kecil sampai besar.
Ketika kita masuk ke desa tersebut, hanya rasa kagum dan takjub yang akan kita rasakan. Pasalnya, mungkin batang kayu yang ada di sekitar kita yang tidak berguna, namun di desa tersebut bisa saja jadi nilai ekonomi tinggi.
Namun, hal yang mengagetkan adalah patung Macan Kurung yang berasal dari Desa Mulyoharjo sudah tidak tampak. Yang tampak hanya patung dewa-dewi umat Tionghoa, patung salib, dan patung yang banyak diminati masyarakat luas lainnya.
Kalaupun ada, hanya beberapa saja patung dengan bentuk Macan Kurung di sana. Itupun tidak pahatan satu pohon. Karena macan patung yang asli berasal dari batang satu pohon tanpa ada tambahan. Itulah khasnya!.
Jika perjalanan dari awal gerbang Desa Mulyoharjo kita teruskan kira-kira satu kilometer, maka kita akan menemukan sosok yang merupakan pribadi yang dekat dengan Macan Kurung. Sosoknya sudah renta, namun tetap bersemangat.
Dia adalah kakek Wardi. Dan Wardi ini adalah generasi ketiga pemahat patung Macan Kurung. Selain dirinya, pemahat patung Macan Kurung yang tersisa adalah menantunya.
''Di Jepara ini yang hanya bisa buat Macan Kurung asli (satu pohon penuh tanpa ada tempelan pohon lainnya, Red) adalah saya dan menantu saya. Jika ada Macan Kurung oleh orang lain, biasanya adalah hasil rangkaian beberapa kayu, bukan satu kayu,'' bebernya.
Namun saat ini, Wardi sudah sekitar satu tahun tidak membuat patung Macan Kurung. Hal tersebut diakibatkan usia dan tenaga yang dimiliki Wardi tidak kuat sebagaimana saat dirinya waktu muda.
''Saya sudah sakit-sakitan. Keinginan saya sih, tetap membuat patung Macan Kurung. Namun apa daya tidak kuat lagi,'' jelasnya.
Dirnya menceritakan, bahwa Macan Kurung diciptakan kakeknya yang bernama Singowiryo. Kemudian diwariskan pada bapaknya, Singosangiran. ''Saya mulai membuat Macan Kurung sekitar 1942. Saya berlatih dari bapak saya,'' ujarnya.
Macan Kurung, lanjut Wardi, mempunyai niali filosofi sendiri. Macan sebagai simbol orang yang mempunyai sifat jahat seperti keinginan mencuri. Oleh karenannya sifat tersebut kemudian diusahakan untuk dikurung.
Kesibukan Wardi saat ini diisi dengan menunggu rumah. Terakhir kali Wardi mendapat pesanan dari seorang pengusaha Jogjakarta. Pengusaha tersebut meminta dua patung Macan Kurung. Namun, Wardi hanya membuat satu patung.
''Saya sudah tidak kuat lagi. Terpaksa pengusaha tersebut hanya saya buatkan satu patung,'' paparnya sambil mengharapkan pematung Macan Kurung bisa bertambah terus sehingga mampu melestarikan tradisi khas Jepara itu.
--------------------------------------
Ketika Radar Kudus berkunjung ke Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, tampak sisi kanan dan kiri jalan masuk desa banyak pengrajin patung. Mulai dari patung yang berukuran kecil sampai besar.
Ketika kita masuk ke desa tersebut, hanya rasa kagum dan takjub yang akan kita rasakan. Pasalnya, mungkin batang kayu yang ada di sekitar kita yang tidak berguna, namun di desa tersebut bisa saja jadi nilai ekonomi tinggi.
Namun, hal yang mengagetkan adalah patung Macan Kurung yang berasal dari Desa Mulyoharjo sudah tidak tampak. Yang tampak hanya patung dewa-dewi umat Tionghoa, patung salib, dan patung yang banyak diminati masyarakat luas lainnya.
Kalaupun ada, hanya beberapa saja patung dengan bentuk Macan Kurung di sana. Itupun tidak pahatan satu pohon. Karena macan patung yang asli berasal dari batang satu pohon tanpa ada tambahan. Itulah khasnya!.
Jika perjalanan dari awal gerbang Desa Mulyoharjo kita teruskan kira-kira satu kilometer, maka kita akan menemukan sosok yang merupakan pribadi yang dekat dengan Macan Kurung. Sosoknya sudah renta, namun tetap bersemangat.
Dia adalah kakek Wardi. Dan Wardi ini adalah generasi ketiga pemahat patung Macan Kurung. Selain dirinya, pemahat patung Macan Kurung yang tersisa adalah menantunya.
''Di Jepara ini yang hanya bisa buat Macan Kurung asli (satu pohon penuh tanpa ada tempelan pohon lainnya, Red) adalah saya dan menantu saya. Jika ada Macan Kurung oleh orang lain, biasanya adalah hasil rangkaian beberapa kayu, bukan satu kayu,'' bebernya.
Namun saat ini, Wardi sudah sekitar satu tahun tidak membuat patung Macan Kurung. Hal tersebut diakibatkan usia dan tenaga yang dimiliki Wardi tidak kuat sebagaimana saat dirinya waktu muda.
''Saya sudah sakit-sakitan. Keinginan saya sih, tetap membuat patung Macan Kurung. Namun apa daya tidak kuat lagi,'' jelasnya.
Dirnya menceritakan, bahwa Macan Kurung diciptakan kakeknya yang bernama Singowiryo. Kemudian diwariskan pada bapaknya, Singosangiran. ''Saya mulai membuat Macan Kurung sekitar 1942. Saya berlatih dari bapak saya,'' ujarnya.
Macan Kurung, lanjut Wardi, mempunyai niali filosofi sendiri. Macan sebagai simbol orang yang mempunyai sifat jahat seperti keinginan mencuri. Oleh karenannya sifat tersebut kemudian diusahakan untuk dikurung.
Kesibukan Wardi saat ini diisi dengan menunggu rumah. Terakhir kali Wardi mendapat pesanan dari seorang pengusaha Jogjakarta. Pengusaha tersebut meminta dua patung Macan Kurung. Namun, Wardi hanya membuat satu patung.
''Saya sudah tidak kuat lagi. Terpaksa pengusaha tersebut hanya saya buatkan satu patung,'' paparnya sambil mengharapkan pematung Macan Kurung bisa bertambah terus sehingga mampu melestarikan tradisi khas Jepara itu.
Sumber: Jasaukirjepara dan Jawa Pos
Senin, 17 Agustus 2015
Ragam Furniture Jepara
Pengrajin Mebel Jepara
Jepara adalah kota mebel yang memproduksi furniture berbahan kayu yang sejak dulu sampai sekarang sudah dikenal dengan kualitasnya di Nusantara bahkan di mata internasional, mulai dari furniture jati ukir, minimalis sampai dengan furniture modern. Banyak perusahaan furniture asing mengambil furniture dari mebel Jepara, terutama untuk jenis furniture klasik ukiran dari kayu mahoni. Mebel Jepara juga banyak menyuplai toko-toko penjual furniture di seluruh nusantara, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan dan kota-kota besar lainnya. Di Nusantara mebel jepara dipercaya sebagai kota pengrajin furniture jati terbesar, furniture jati ukiran maupun minimalis.
Kota Jepara terdiri dari beberapa desa, masing-masing desa mempunyai pengrajin khusus yang hanya memproduksi satu jenis furniture saja, katakanlah Desa Kecapi, desa ini dipercaya dengan kualitasnya memproduksi kursi tamu ukiran dari bahan jati, begitu juga di kecamatan atau desa yang lain. Karna inilah Mebel Jepara dapat bertahan sebagai kota pusat industri mebel terbesar, di Nusantara maupun di negara-negara asing, seperti di Negara-negara asia dan Eropa, yang mana terdapat pengrajin-pengrajin spesialis yang handal dan perpengalaman.
Kota Jepara terdiri dari beberapa desa, masing-masing desa mempunyai pengrajin khusus yang hanya memproduksi satu jenis furniture saja, katakanlah Desa Kecapi, desa ini dipercaya dengan kualitasnya memproduksi kursi tamu ukiran dari bahan jati, begitu juga di kecamatan atau desa yang lain. Karna inilah Mebel Jepara dapat bertahan sebagai kota pusat industri mebel terbesar, di Nusantara maupun di negara-negara asing, seperti di Negara-negara asia dan Eropa, yang mana terdapat pengrajin-pengrajin spesialis yang handal dan perpengalaman.
Kualitas Mebel Jepara
Berdasarkan material yang digunakan, Pengrajin mebel di Jepara dibagi menjadi 3 golongan besar, Pengrajin mebel dari bahan kayu jati, pengrajin mebel dari bahan kayu mahoni, dan pengrajin dari kayu doyo semisal Kayu Meh. Dilihat dari permintaan pasar, produk furniture kayu bervariasi, ada yang mencari furniture murah dan ada yang mahal, tentunya furniture mahal kualitasnya lebih bagus dari furniture murah. Sedangkan untuk pasar lokal menurut survey, pangsa pasar furniture murah lebih banyak daripada furniture mahal. Maka dari itu untuk memenuhi permintaan tersebut beberapa pengrajin memproduksi furniture murah dan sebagian yang lainnya memproduksi furniture mahal berkualitas.
Seperti yang kita ketahui harga mebel bervariasi, tergantung kualitas barang tersebut, Ada yang murah dan ada yang mahal sampai puluhan juta. Kenapa harga furniture bisa murah? Ini adalah soal kualitas, mulai dari kualitas material kayu, proses, dan kualitas finishing furniture tersebut. Harga furniture murah biasanya menggunakan material kayu kampung, khususnya kayu jati, yaitu kayu yang tumbuh diperkebunan kampung yang umurnya hanya beberapa tahun saja, kayu yang belum saatnya pantas untuk ditebang. Kayu jenis ini jika dibuat untuk bahan dasar furniture biasanya tidak awet, berubah bentuk dan warna finishing pudar,atau dalam jangka panjang tidak bisa awet. Sedangkan prsoses furniture murah dikerjakan dengan waktu yang lumayan singkat sehingga minimnya kecermatan dan kerapian. Kualitas finishing furniture murah hanya membutuhkan sekali pendasaran sehingga hasilnya tidak maksimal.
Pada dasarnya harga furniture kayu sangat mahal, terutama furniture jati. Yang menjadikan harga furniture jati sangat mahal adalah kualitas material kayunya, kayu jati yang dipakai adalah kayu perhutani yang umurnya sampai puluhan hingga ratusan tahun, sedangkan dari tahun ke tahun kebutuhan kayu jati untuk pembuatan perabot / furniture semakin bertambah, kayu jati menjadi barang yang langka, inilah sebabnya harga furniture jati asli menjadi sangat mahal. Furniture jati perhutani lebih maksimal jika proses pengerjaannya didukung oleh tukang-tukang yang ahli dan pengalaman, begitu juga finishing furniture tersebut. Finishing furniture tergantung konsep desain yang diinginkan, jika finishing yang pada akhir tekture kayu tertutup seperti cat duco, maka sebaiknya menggunakan kayu mahoni, kayu jenis ini mempunyai serat kayu yang rapat, ini mempermudah proses pendasaran dan hasil akan lebih halus dan mulus. Untuk kayu jati biasanya menggunakan finishing natural yang tetap menampakan tekture kayunya.
Seperti yang kita ketahui harga mebel bervariasi, tergantung kualitas barang tersebut, Ada yang murah dan ada yang mahal sampai puluhan juta. Kenapa harga furniture bisa murah? Ini adalah soal kualitas, mulai dari kualitas material kayu, proses, dan kualitas finishing furniture tersebut. Harga furniture murah biasanya menggunakan material kayu kampung, khususnya kayu jati, yaitu kayu yang tumbuh diperkebunan kampung yang umurnya hanya beberapa tahun saja, kayu yang belum saatnya pantas untuk ditebang. Kayu jenis ini jika dibuat untuk bahan dasar furniture biasanya tidak awet, berubah bentuk dan warna finishing pudar,atau dalam jangka panjang tidak bisa awet. Sedangkan prsoses furniture murah dikerjakan dengan waktu yang lumayan singkat sehingga minimnya kecermatan dan kerapian. Kualitas finishing furniture murah hanya membutuhkan sekali pendasaran sehingga hasilnya tidak maksimal.
Pada dasarnya harga furniture kayu sangat mahal, terutama furniture jati. Yang menjadikan harga furniture jati sangat mahal adalah kualitas material kayunya, kayu jati yang dipakai adalah kayu perhutani yang umurnya sampai puluhan hingga ratusan tahun, sedangkan dari tahun ke tahun kebutuhan kayu jati untuk pembuatan perabot / furniture semakin bertambah, kayu jati menjadi barang yang langka, inilah sebabnya harga furniture jati asli menjadi sangat mahal. Furniture jati perhutani lebih maksimal jika proses pengerjaannya didukung oleh tukang-tukang yang ahli dan pengalaman, begitu juga finishing furniture tersebut. Finishing furniture tergantung konsep desain yang diinginkan, jika finishing yang pada akhir tekture kayu tertutup seperti cat duco, maka sebaiknya menggunakan kayu mahoni, kayu jenis ini mempunyai serat kayu yang rapat, ini mempermudah proses pendasaran dan hasil akan lebih halus dan mulus. Untuk kayu jati biasanya menggunakan finishing natural yang tetap menampakan tekture kayunya.
Indo Furniture dan Pengrajin Mebel Jepara
Dalam pengadaan barang, beberapa jenis mebel diproduksi Indo Furniture sendiri, seperti cermin hias, rak tv, lemari pakaian dan set meja makan. Karna saking banyaknya permintaan dari pelanggan, untuk memenuhi itu Indo Furniture membangun jaringan dengan pengrajin-pengrajin mebel Jepara, bekerja sama dalam pembuatan produk furniture setengah jadi (belum difinishing), tentunya kami lebih cermat dalam memilih pengrajin sebagai mitra perusahaan, agar kualitas mebel kami tetap terjaga.
Kualitas Finishing 2 Kali Proses
Sentuhan akhir atau finishing produk kami dikerjakan Indo Furniture sendiri, didukung oleh tukang finishing kami yang handal dan ahli. Finishing dari produk banyak macamnya, mulai dari natural kayu, duco (konsep minimalis modern) sampai dengan leaf (lembaran emas dan silver) dengan konsep antik ataupun modern. Pengerjaan finishing bisa 2 kali proses, dimulai dari 2 kali pengamplasan, 2 kali penimpaan bahan dasar, 2 kali pewarnaan dan 2 kali proses topcoat (pelindung), sehingga menghasilkan produk berkualitas standar ekspor. Dari waktu proses finishing pun 2 kali lebih lama dari biasanya, jadi bagi pelanggan yang memesan dengan warna lain yang tidak kami sediakan, membutuhkan waktu cukup lama, ini agar kualitas finishing lebih fresh.
Langganan:
Postingan (Atom)